Sorotpublik.com – Pamekasan, Tahukan anda bahwa di Kabupaten Pamekasan juga memiliki air terjun yang dinamai “Air terjun Plesteran” yang terletak di Dusun Tengah, Desa Toronan, kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
Air terjun Plesteran tersebut juga tidak kalah indah dengan beberapa air terjun yang berada di luar kabupaten Pamekasan, bahkan bisa dibilang bersaing. Namun kalau ketinggiannya memang tidak setinggi air terjun yang berada di luar Madura. Namun anda jika berkunjung akan dibuatnya senang dan damai. Pemandangan air terjun ini sangat indah dan alami ini sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata besar.
“Ya, cukup indah dan menawan, meskipun tidak dikelola oleh pemerintah,” tutur Ramli (20) yang berkunjung ke tempat tersebut, pada (04/01/2106)
Ceritanya berawal pada zaman kerajaan Ronggo Sukowati, masyarakat di desa toronan tidak mempunyai aliran air yang memadai atau mencukupi, sehingga masyarakat kesulitan untuk mengelola dan mencukupi kebutuhan air sehari-hari. Dan ternyata orang Belanda membuat waduk atau tanggul air di sungai yang memisahkan desa toronan dan kowel dengan cara memberikan pembatas air agar pada waktu musim hujan dapat menyimpan air dan mengalirkannya secara reratur ketika musim kemarau tiba.
Adapun lapisan tanahya yang labil sehingga lambat laun tanah yang ada di bendungan tersebut menjadi ambruk dikarenakan lapisan tanah yang ada di bawah batu menjadi lembek dan ikut arus air yang mengakibatkan batu sebagai penahan air menjadi ambruk atau longsor sekitar kurang lebih 5 meter. Akhirnya terbentuklah pancuran air yang tinggi dan oleh masyarakat Toronan disebut air terjun Thurbu’gen yang diberikan oleh orang Belanda. Karena keseluruhan bendungan air terjun tersebut dibatasi batu dan semen yang kalu bahasa Maduranya dikenal dengan “Plesteran” (lapisan yang terbuat dari batu dan semen), sehingga sampai sekarang oleh masyarakat Madura umunya disebut air terjun Plesteran serta dikenal memiliki mitos bahwa aliran air itu dijaga oleh satu buaya putih, benar tidaknya msyarakat toronan tetap percaya pada mitos tersebut. (Dit/Fin)