SUMENEP, SOROTPUBLIK.COM – Katarak merupakan satu dari tiga besar penyebab kebutaan di dunia, termasuk di Indonesia. Sehingga, penyakit ini mendapat perhatian serius perhimpunan dokter mata di Indonesia.
Dokter spesialis mata di RSUD dr. H. Moh. Anwar Kabupaten Sumenep pun memiliki perhatian yang sama terhadap penyakit gangguan penglihatan yang disebabkan adanya kerusakan dan penebalan pada lensa mata yang berlangsung secara progresif ini.
Kedua dokter spesialis yang bertugas di Poli Mata RSUD Sumenep itu yakni dr. Fardian Yedakusuma, Sp.M dan dr. Karnedi, Sp.M.
Melalui Podcast di channel YouTube RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep, dokter Fardian Yedakusuma dan dokter Karnedi berbagi cara mendeteksi gejala Katarak dan cara mengatasinya kepada masyarakat.
Berdasarkan data pasien di Poli Mata RSUD Sumenep, dokter Fardian menyebut ada banyak kasus katarak yang akhirnya menyebabkan kebutaan di Sumenep.
Walaupun tidak mematikan, penyakit Katarak cukup membuat penderita tersiksa apabila tidak tertangani dengan benar. Sehingga, pihak RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep meningkatkan sarana dan prasarana untuk penanganan Katarak di Poli Mata.
“Kami, dokter di Poli Mata RSUD Sumenep berharap penyakit Katarak ini bisa lebih banyak teratasi, dan angkanya semakin menurun,” kata dokter Fardian dalam Podcast RSUD Sumenep, Selasa (19/10/2021).
Pada umumnya, Katarak banyak diderita orang yang sudah berusia di atas 50 tahun. Ciri fisik Katarak, menurut dokter Karnedi pasien mengeluh penglihatannya menurun atau kabur, seperti tertutup awan atau asap. Selain itu, jika mata kena sinar biasanya agak silau.
Adapun penyebabnya sangat beragam. Bisa karena faktor usia dan genetikal atau keturunan. Atau disebabkan penyakit lain, seperti diabetes dan hepertensi.
“Atau akibat trauma, trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma tumpul seperti kena benturan atau kena pukul. Trauma tajam, misalnya tertusuk lidi atau benda tajam kecil lainnya,” terang dokter Karnedi.
Namun, masyarakat tidak perlu khawatir soal cara mengatasi penyakit Katarak. Sebab, teknik penanganan Katarak terus mengalami peningkatan dari masa ke masa.
“Untuk saat ini penanganannya sudah menggunakan teknik Phacoemulsification (Phaco) yakni menggunakan gelombang ultrasonic untuk proses ekstraksi lensa dengan menggunakan alat khusus yang berukulan relatif kecil,” ujar dokter Karnedi.
Dengan cara tersebut, proses penanganan Katarak menjadi cepat. Luka akibat operasi juga relatif kecil dan tidak memerlukan jahitan, sehingga pasien dapat langsung pulang.
Selain itu, teknik terbaru ini juga mengurangi nyeri pada pasien dan mempercepat masa penyembuhan pasca operasi.
“Di Poli Mata RSUD sudah seperti itu, dan sudah bisa menangani semua jenis keluhan penyakit mata,” imbuh dokter Karnedi.
Meski demikian, dua dokter spesialis mata RSUD Sumenep menyampaikan cara efektif untuk mendeteksi gejala Katarak. Yakni apabila seseorang sudah memasuki usia 40 tahun, sebaiknya periksa mata secara rutin.
Penulis: Yusa’ Fajar
Editor: Heri