SUMENEP, SOROTPUBLIK.COM – Berada di kawasan Kecamatan Lenteng, Sendir merupakan nama dari salah satu desa di sana. Di masa kuna, Sendir merupakan kawasan keramat. Namanya disebut dalam literatur Madura Timur, terutama Babad Songennep. Hal itu berkaitan dengan sosok Kiai Rahwan, tokoh yang pertama kali diyakini sebagai pembabat daerah ini.
Dari segi letak, desa ini bisa dikata berada di bagian ujung timur daerah Kecamatan Lenteng. Desa ini berbatasan dengan Desa Patean, yang kini masuk Kecamatan Batuan.
“Berdasar kisah tutur para sesepuh, atau riwayat kuna, Sendir dahulu merupakan kawasan rawa,” kata Imam Alfarisi, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep, yang berlatar belakang dari Desa Sendir.
Asal mula nama Sendir memang tidak disebut dalam kisah babad atau pun literatur lainnya yang berkaitan dengan sejarah Sumenep. Meski begitu dari penelurusan sorotpublik.com, setidaknya ada info lisan turun-temurun yang bisa dijadikan sebagai petunjuk awal.
Konon, menurut Imam Alfarisi, asal usul penamaan Sendir ada dua versi. Kedua versi itu bersumber dari para sesepuh di Sendir. Diriwayatkan secara turun-temurun.
“Versi pertama menyebut, kata Sendir bermakna menyendiri atau menjauh dari khalayak ramai. Hal itu merujuk pada Kiai Rahwan, yang memang sengaja hijrah ke Sendir, untuk menyendiri,” kata Imam.
Sedang versi kedua, Sendir merupakan ungkapan dari karakteristik Kiai Rahwan yang selalu menjaga perasaan orang lain khususnya ketika memberikan teguran, kendati pada muridnya sekalipun.
“Jadi semacam sindiran halus. Kiai Rahwan tidak langsung memberikan teguran, kecuali dengan cara yang halus. Beliau memberikan sindiran, sehingga yang ditegur tidak tersinggung atau sakit hati,” imbuh Imam.
Kiai Rahwan, menurut catatan Babad Sumenep berasal dari Desa Kecer, yang sekarang masuk Kecamatan Dasuk. Beliau adalah putra Kiai Andasmana. Kiai Andasmana bersaudara dengan Kiai Astamana, leluhur kiai-kiai Parongpong, Kecer.
Kiai Astamana dan Kiai Andasmana merupakan putra Pangeran Bukabu. Di versi silsilah keraton, Pangeran Bukabu adalah cicit Sunan Kudus. Versi lain menyebutnya sebagai orang yang sama dengan Pangeran Bukabu, salah satu Raja Sumenep yang memerintah tahun 1339-1348 M.
Dalam catatan masing-masing versi itu, Pangeran Bukabu disebut bersaudara dengan Pangeran Baragung. Keduanya adalah putra Pangeran Mandaraga (Raden Piturut) yang bertahta di kawasan Mandaraga (sekarang masuk wilayah Ambunten).
Penulis: Sidi Mufi Imam
Publisher: Kiki Ana Aniz