Oleh Abd. Kadir
Kasi Kurikulum dan Evaluasi Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep
Membaca, adalah pekerjaan yang disukai sebagian orang, tapi “dibenci” banyak orang. Realitas ini terjadi karena bagi banyak orang, membaca merupakan pekerjaan yang dianggap “membosankan”, menyebabkan ngantuk, tidak mengasyikkan dan banyak stigma lain yang berkembang di kalangan kita. Dalam beberapa kesempatan, ketika saya masuk dalam beberapa komunitas, ternyata membaca itu tidak menjadi pilihan utama untuk menimba pengetahuan. Mereka lebih asyik mendengarkan daripada membaca. “Daripada saya repot-repot membaca, sudah ceritakan saja, saya akan mendengarkannya”.
Jawaban seperti ini ternyata masih lazim kita dengar dalam lingkungan kita. Artinya, kecenderungan untuk membaca itu masih cukup memprihatinkan. Padahal, kalau kita pahami, perintah membaca itu sudah jelas dalam Alquran. Bahkan dalam surat Alaq itu diulang 2 kali. Di sisi lain, ternyata realitas ini tidak dipahami sebagai sebuah ketidakseimbangan dalam hidup. Padahal membaca itu adalah proses memenuhi gizi otak kita. Kita tidak sadar bahwa bukan hanya gizi badan kita yang perlu diberi asupan yang cukup, melainkan gizi otak pun memerlukan asupan gizi yang cukup pula.
Jadi selain perintah agama, membaca juga untuk menjaga “kesehatan” otak. Dalam perspektif ini, sebenarnya membaca adalah sebuah kebutuhan. Tentang jargon membaca mungkin kita sudah banyak tahu. “Membaca menuju perubahan”, “Membaca adalah kunci ilmu pengetahuan”, “membaca membuka jendela dunia”, membaca adalah jalan menuju kemajuan dan kejayaan” adalah beberapa jargon yang sering didengar. Namun, jargon ini kadang hanya berlalu begitu saja. Padahal, dengan membaca orang akan mendapat anugerah dan karunia. Kalau tidak membaca maka akan sulit bagi kita untuk maju.
Untuk itu, melalui tulisan ini saya memotivasi saya sendiri dan para pembaca untuk menjadikan membaca sebagai kegiatan ibadah agar mendapat anugerah dan karunia. Kita perlu memahami dengan kesadaran yang utuh bahwa membaca ini kebutuhan bagi kita. Karena kebutuhan, posisinya sama dengan makan dan minum. Kalau tidak makan kita menjadi lapar, kalau tidak minum kita menjadi haus. Artinya kalau tidak membaca, otak kita akan kering. Tapi untuk masuk pada kesadaran membaca sebagai sebuah kebutuhan, tentunya perlu pemaksaan untuk mulai membaca. Dengan dipaksakan akan menjadi kebiasaan, dengan kebiasaan akan menjadi kebutuhan. Semoga!