HEGEMONI SENYAWA SOFT-POWER: APAKAH DUNIA SANGAT TERKESAN PADA LANGKAH CITRA GLOBAL JEPANG?
Penulis: Akbar Muhammad Luthfi Al Mughni
Jepang merupakan negara yang tergolong berhasil dalam memberi pengaruh pada global terkait dengan budaya dan pasarannya.
Dimulai dengan anime yang dapat memikat jutaan penggemar di seluruh dunia hingga lingkup tradisional dan kulinernya tak lepas dari sorot mata penggemar globalnya.
Jepang telah berhasil menancapkan pengaruh budayanya jauh melampaui batas-batas garis geografisnya mengingat dengan adanya hukuman Internasional yang ada, negara Jepang berprinsip bahwa, negara ini dapat mempengaruhi dunia lagi bukan dengan cara perang ataupun kehidupan militer.
Fenomena ini yang akhirnya Jepang menggunakan budaya populer sebagai alat diplomasi yang efektif untuk membentuk citra positif dan menarik simpati global, karena adanya suatu masa lalu yang dapat mengisolasi negaranya di kemudian hari.
Melalui anime, manga, J-pop, serta berbagai elemen budaya lainnya, Jepang tidak hanya mempromosikan identitas Nasional nya, tetapi juga memperkuat posisinya di panggung Internasional dan mengembalikan posisinya yang semmpat hilang.
Tetapi muncul suatu pertanyaan?..apakah dunia benar-benar terkesan oleh citra global Jepang yang dibangun melalui hegemoni budaya ini.
Dengan Kebeherhasilan jepang melakukan ekspansi budayanya tentu dapat dinilai Budaya Jepang telah menemukan tempat di hati banyak orang, menciptakan suatu Taishu bunka dinegara yang berbeda-beda, bukan hanya di negara Jepang saja.
Langkah yang konsisten meskipun pada awalnya adanya suatu halangan, kesetiaan langkah pelaku pengenalan tentu juga ingin mendorong segi pariwisata serta perdagangan Internasional.
Pada sudut pandang lainnya, lahirlah kritik yang menyatakan di balik kesuksesan ini, terdapat aspek-aspek komodifikasi budaya yang dapat mengaburkan nilai-nilai asli dan makna mendalam dari budaya Jepang itu sendiri, bahkan dapat mempengaruhi budaya negara lain dengan adanya eksistensi tersebut.
Soft-Power dan Strategi Budaya pada negara tertentu yang hanya memiliki suatu genggaman middle power atau dapat dikatakan tidak memiliki daya hard power yang memadai untuk bersaing dan berkompetisi pada tujuan politiknya ataupun ekonominya tentu akan menggunakan lingkup Soft-power.
Seperti halnya yang dipopulerkan oleh ilmuwan politik Joseph Nye, yaitu soft power mengacu pada kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi orang lain melalui daya tarik budaya, nilai-nilai, dan kebijakan luar negerinya, dan Jepang telah menjadi contoh utama dalam penerapan soft power ini.
Melalui pengenalan budaya dan industri hiburan yang kuat seperti anime dan manga, Jepang telah menciptakan produk budaya yang memiliki daya tarik global.
Selain itu, musik J-pop dan film Jepang telah memberikan tempat para penggemarnya di seluruh dunia.
Strategi soft power Jepang tidak hanya terbatas pada produk budaya, pemerintah Jepang juga aktif mendukung promosi budayanya melalui berbagai program, seperti Japan Foundation dan Cool Japan yang bertujuan untuk meningkatkan serta mendorong pemahaman Internasional tentang budaya Jepang.
Inisiatif ini menunjukkan bagaimana Jepang menggunakan budaya sebagai alat diplomasi yang efektif sekaligus memperbaiki citra di mata Internasional.
Keberhasilan ekspansi budaya Jepang terbukti dengan adanya keberhasilan ekspansi budaya Jepang dapat dilihat dari popularitas anime, manga, dan budaya pop lainnya.
Serial anime yang terbilang sukses dalam meraup kacamata Internasional seperti halnya seperti Naruto, One Piece, dan Attack on Titan memiliki penggemar setia di seluruh dunia dan terbilang menginvasi tidak hanya pada anak-anak dan remaja, tetapi juga mencakup orang dewasa yang tumbuh besar atau dapat dikatakan tanpa batasan umur.
Aktivitas tersebut tidak hanya menonton, tetapi juga membeli merchandise dan mengikuti acara-acara terkait seperti Festival Jepang dan Cosplayer ala anime.
Media sosial dan platform digital telah memainkan peran besar dalam menyebarkan budaya Jepang.
Konten-konten terkait Jepang sering kali menjadi viral di platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok memperluas jangkauan budaya Jepang ke audiens yang lebih luas dan lebih beragam tidak hanya itu, bahkan kanal media illegal pun menjadi sarang para penikmat seluruh aspek Jepang.
Melalui internet, penggemar dapat mengakses berbagai bentuk budaya Jepang dengan mudah, menciptakan komunitas global yang terhubung oleh minat yang sama.
Antara Apresiasi dan Distorsi
Namun di balik kesuksesan hegemoni budaya Jepang, tentu menciptakan beberapa tantangan dan kritik yang perlu diperhatikan.
Salah satu kritik utama adalah hegemoni budaya Jepang dapat mengaburkan keragaman budaya lokal di negara-negara lain.
Ketika budaya populer Jepang mendominasi media global, ada risiko budaya lokal mungkin terpinggirkan atau bahkan dilupakan.
Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang komodifikasi budaya Jepang ketika elemen budaya dijadikan produk komersial, ada risiko nilai-nilai asli dan makna budaya tersebut dapat terdistorsi.
Misalnya, kimono, merupakan pakaian tradisional Jepang dengan makna sejarah dan budaya yang mendalam, sering kali dijadikan aksesori mode tanpa mempertimbangkan konteks budayanya.
Dengan melihat keberhasilan Jepang dalam menggunakan Soft-Power untuk menyebarkan budayanya di seluruh dunia adalah bukti dari daya tarik universal elemen-elemen budaya tersebut.
Anime, manga, J-pop, dan masakan Jepang telah menjadi bagian dari budaya global dengan tingkat niat yang tinggi dari pemerintah Jepang.
Menciptakan komunitas penggemar yang luas dan mendukung ekonomi Jepang secara signifikan bahkan membangkitkan aspek aspek untuk menjadikan power dinegara tersebut.
Namun, tantangan seperti komodifikasi budaya dan kritik terhadap hegemoni budaya menunjukkan keberhasilan ini harus diimbangi dengan upaya untuk menjaga autentisitas dan menghormati keragaman budaya lokal.
Pada akhirnya, dunia memang terkesan oleh citra global Jepang yang dibangun melalui hegemoni budaya ini.
Keberhasilan Jepang dalam memanfaatkan soft power tidak hanya memperkuat posisinya di panggung Internasional, akan tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang bagaimana budaya dapat digunakan sebagai alat diplomasi yang efektif dengan pendekatan yang bijaksana dan inklusif.
Jepang dapat terus memimpin dalam bidang ini, memperkaya bukan hanya dirinya sendiri tetapi juga komunitas global secara keseluruhan.