Faktor Seseorang Menjadi Penyuka Sesama Jenis

oleh

Sorotpublik.com – Sumenep, Sata ini topik prilaku seks menyimpang kembali ramai diperbincangkan, baik di Media Lokal atau media Nasional, cetak, televisi maupun Online. Disebabkan karena maraknya kasus pencabulan terjadi di Indonesia.

Diantaranya seperti yang terjadi kepada SJ, salah satu penyanyi Dangdunt yang merupakan satu dari kelima juri di kontes dangdut di salah satu stasiun televisi yang cukup digemari oleh masyarakat.

Prilaku seks menyimpang biasanya dipacu oleh sifat penyuka sesama jenis. Sementara penyuka sesama jenis ada dua faktor yang melatar belakangi terjadinya seseorang menjadi penyuka sesama jenis.

Salah satu Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Margaret, mengungkapkan, ada dua yang melatar belakangi terbentuknya seseorang menjadi penyuka jenis, seperti yang dilansir oleh OkeZone, Jumat (31/8/2012).

“Ada dua faktor yang menjadi penyebabnya, yakni Faktor lingkungan dan faktor Biologis,” jelasnya.
Kedua faktor tersebut sangatlah kuat bisa tertanam di menset anak atau orang. Sehingga nantinya akan menjadi prilaku yang menyimpang juga.

Sementara faktor lingungan, bisa melalui pergaulan dengan orang-orang yang memiliki kepribadian yang menyimpang. Dan juga oleh faktor keluarga yang menginginkan anak perempuan atau laki-laki, sementara yang lahir malah kebalikannya. Ketika keinginan tersebut sangat kuat dalam keluarganya, maka kemungkinan besar, lingkungan rumahnya akan menuntutnya menjadi apa yang diinginkan oleh keluarganya. sementara ketika anak sudah mulai mencapai puber ia akan menemukan kelainan dalam dirinya. Sementara sifat yang dominan dalam dirinya adalah sifat yang sudah terbentuk dari lingkungan keluarganya.

Dari faktor Biologis, seorang yang ketika menginjak masa Puber sebagaimana teman-teman yang lainnya, atau pengalaman paa umumnya. Atau bisa saja dengan pengalaman seks pertamanya. Maka itu juga menjadi pengalaman yang paling diingat. Jika seks pertamanya mengalami seks menyimpang, maka dalam mensetnya akan terbentuk kebiasaan yang seperti itu. Namun jika seks pertamanya dikenalnya dengan pendidikan seks yang normal, maka dalam otaknya juga akan tertanam yang normal tersebut.

Makanya, pendidikan seks dan reproduksi bagi anak perempuan sangatlah dibutuhkan, bagi perkembangan pertumbuhan mensetnya.
“Kemudian kepada orangtua juga harus memberikan pemahaman bahwa jika anaknya perempuan adalah orientasinya seperti ini. Dan merawat organ reproduksi secara baik,” pungkasnya. (Fin)

No More Posts Available.

No more pages to load.