Penulis : Doess
SUMENEP , sorotpublik.com – Warga yang terdiri dari remaja di Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Madura , Jawa Timur menggelar lomba mainan tradisional balapan ‘Linggiling’. Dimana permainan peninggalan nenek moyang tersebut sudah hampir punah akibat pengaruh zaman yang semakin modern.
Permainan tradisional ‘Linggiling’ atau yang dikenal dengan istilah lain roda gila pada zaman terdahulu merupakan permainan anak-anak di pedesaan, namun akibat berekembangnya tekhnologi dan banyaknya permainan modern, mainan peninggalan nenek moyang begitu kurang diminati. Sehingga dengan diadakannya lomba mainan balapan roda yang terbuat dari kayu mengingatkan kembali warisan para pendahulu, agar tidak mudah melupakan peninggalan yang menjadi kebanggaan masyarakat daerah ini.
“Kegiatan lomba mainan tradisional ini merupakan perayaan dalam momentum hari kemerdekaan, sehingga bisa mengingatkan masyarakat terutama pemuda untuk mengenang perjuangan nenek moyang kita. Karena bagaimanapun kami selaku generasi penerus bangsa tidak boleh melupakan sekecil apapun warisan nenek moyang termasuk permainan tradisional ‘Ratcarat’,” kata Joni, panitia lomba tradisional ‘Ratcarat’ di Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk, Sabtu (13/8/2016).
Disebutkan Joni, bahwa selain merayakan momentum hari kemerdekaan, kegiatan lomba tersebut juga bertujuan untuk menjaga kelestarian permainan tradisional yang merupakan kearifan lokal agar tidak sampai tergerus oleh perkembangan zaman modern. Karena saat ini permainan tradisional peninggalan para leluhur sudah banyak yang dilupakan, padahal permainan tersebut banyak mengandung filosofi yang dipetik oleh para generasinya.
“Dengan adanya acara seperti ini akan memperat tali silaturrahmi antara sesama, bahkan juga bisa menambah teman, karena pesertanya bukan hanya terdiri dari satu desa. Tetapi juga banyak dari desa lain yang menggemari mainan tradisional tersebut,” jelasnya.
Para peserta yang mengikuti lomba permainan tradisional ‘Ratcarat’ itu mereka dikenakan biaya sebesar Rp. 20.000 per orang, sehingga nantinya pemenang dari nomer 1 – 3 mendapatkan hadiah kambing. Bahkan para peserta bukan hanya kalangan anak-anak saja, tetapi banyak orang dewasa yang juga berbondong-bondong mengikuti lomba permainan tradisional tersebut.
“Kalau masalah hadiah tidak begitu penting, tetapi yang paling utama dengan lomba ini kedepan terus bisa melestarikan permainan tradisional peninggalan nenek moyang supaya tidak mudah punah,” tutur Syaiful, salah seorang pecinta mainan tradisional ‘Linggiling’.