Penulis : Doess
SUMENEP, SOROTPUBLIK.COM – Warga Pulau Karamian, Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur terpaksa mengeluhkan sarana penyeberangan pelabuhan di daerahnya, sebab selama dua tahun, sejak selesai dibangun 2014 tidak bisa dimanfaatkan sebagai tempat bersandarnya kapal pengangkut barang dan penumpang.
Kapal yang biasa melayani angkutan penumpang dan barang bagi masyarakat Pulau Karamian harus menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah laut
harus turun di tengah laut karena kapal penumpang yang mereka tumpangi, enggan bersandar di pelabuhan setempat.
“Setiap naik kapal, kami memang diturunkan di tengah laut. Kapal tidak mau merapat ke dermaga. Jadi kami harus sewa perahu kecil untuk bisa sampai ke dermaga,” kata Kepala Desa Karamian, Herman, Selasa (14/7).
Ia menjelaskan, untuk bisa sampai ke dermaga menggunakan perahu kecil, masih memerlukan waktu sekitar 30 menit apabila cuaca laut kondusif.
“Kalau musim ombak, kami warga Karamian ini seperti bertaruh nyawa untuk bisa sampai ke dermaga setelah turun dari kapal. Bongkar muat barang dari kapal juga harus dilakukan di tengah laut,” terangnya.
Pulau Karamian merupakan pulau paling utara di wilayah Kabupaten Sumenep. Secara administratif, Pulau Karamian masuk sebagai bagian dari Kecamatan Masalembu. Dari Kecamatan/Pulau Masalembu menuju Pulau Karamian, diperlukan waktu 5 jam perjalanan laut menggunakan kapal.
Pulau Karamian dihuni 3.900 jiwa, terdiri dari suku Madura dan Bugis. Pulau tersebut dilalui kapal ‘tol laut’ Surabaya- Masalembu- Karamian- Pulau Matasiri (gugusan Pulau Sembilan) Kota Baru Kalimantan Selatan.
“Sesungguhnya kami, warga Karamian ini bertanya-tanya, kenapa kok kapal tidak mau sandar di dermaga. Padahal dermaganya sudah 5 bulan lalu selesai dikerjakan. Kalau saja kapal mau sandar di dermaga, tentu sangat mempermudah kami. Kami tidak paham, kenapa kok kapal-kapal tidak mau sandar di dermaga baru ini?,” keluh Herman.
Menurutnya, dermaga di Pulau Karamian dibangun menggunakan dana APBN. Saat penyelesaian pembangunan dermaga tersebut, pihaknya sebagai kepala desa tidak pernah mendapat pemberitahuan dari pihak-pihak terkait.
“Ya pokoknya pembangunan dermaga ini tiba-tiba selesai. Yang ngerjakan proyeknya pergi begitu saja. Saya tidak pernah bertemu dengan pihak-pihak mana pun terkait pembangunan dermaga ini,” ungkapnya.
Suparman warga setempat menyatakan, memang pengerjaan dermaga di desanya bisa dibilang misterius, sebab asal usul pekerjaan itu tidak jelas.
“Datang tak diundang begitu juga sebaliknya,” tukasnya.