SUMENEP, SOROTPUBLIK.COM – Sumenep memiliki sedikitnya tiga lokasi utama pantai, yang sering menjadi rujukan wisatawan baik domestik maupun manca. Meski tidak segaung dengan pantai di Bali atau kawasan lain di Indonesia yang lebih dulu menasional, namun pantai Sumenep memiliki keunikan tersendiri. Di samping berlatar historis yang masih belum secara utuh mengisi ruang coretan tinta sejarah.
Pantai Slopeng
Berada di Jalan Ambunten kilometer 17, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, atau berjarak sekitar 21 kilometer dari pusat Kota Sumenep, Slopeng merupakan wisata pantai populer. Setiap waktu liburan maupun hari besar, pantai yang dikenal dengan gunung pasir dan kumpulan pohon kelapa maupun siwalan sejauh mata memandang ini selalu menyedot pengunjung.
Saking banyaknya pasir yang ada di Pantai Slopeng hingga memunculkan gundukan pasir setinggi 15 meter dan juga menjadi pembatas antara jalan raya dengan pantai. Gundukan pasir ini nampak menyerupai dataran pegunungan di dataran tinggi. Apalagi, di gundukan pasir tersebut terdapat sejumlah pohon-pohon kecil yang semakin nampak menyerupai dataran pegunungan, kendati lokasinya di area pantai.
Hal itu yang lantas banyak orang betah berlama-lama di pantai yang biasanya panas. Ditambah pemandangan berupa air laut yang begitu jernih yang semakin menggoda pengunjung untuk menjelajahinya dengan berenang ataupun hanya sekadar bermain air.
Deretan pohon yang berfungsi sebagai peneduh sekaligus penangkis angin kencang yang berembus dari arah laut, memberikan kenikmatan tersendiri jika sambil duduk di atas bukit pasir ditemani segarnya air kelapa muda.
Beranjak dari berbagai keindahan tentang Slopeng, daerah ini dahulu merupakan kawasan pantai utara yang merupakan masuknya Islam sekaligus budaya luar yang lambat laun berasimilasi dengan budaya lokal.
Dahulu, pesisir utara merupakan area penting, sekaligus jalur utama. Fakta sejarah banyak menyebut jika pantura, mulai dari Pasean, Pasongsongan, Ambunten hingga ke arah Timur menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam. Pertahanan pemerintahan waktu itu juga berpusat di Utara sebagai Gerbang Masuk menuju wilayah Madura Timur.
“Dari situ masuk juga para penyebar Islam, dan tokoh-tokoh asing, baik dari bangsa Arab dan Cina,” kata almarhum Kiai R.B. Mahfud, mantan Wedana Ambunten beberapa tahun silam.
Tokoh yang banyak berperan dalam membentuk peradaban di pantai Utara ini di antaranya Raden Sutojoyo, Kiai Ali Akbar, Kiai Demang Singaleksana alias Kiai Macan, Kiai Muban, Kiai Langgar Attas, dan lainnya.
“Raden Sutojoyo merupakan tokoh penting di Pantai Utara sekitar awal abad 17. Beliau tokoh yang berkedudukan di sini sebagai penguasa mardikan sekaligus penjaga Gerbang Utara yang kala itu tak ada yang berani menyandangnya,” kata Drs K. Raheli, salah satu pemerhati sejarah di kawasan pantura, beberapa waktu lalu.
Pantai Lombang
Pantai Lombang merupakan satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi oleh pohon cemara udang. Cemara ini tak seperti pohon cemara pada umumnya. Jika pohon cemara umumnya memiliki ketinggian yang menjulang dengan bentuk tegak dan tinggi, pohon cemara udang memiliki bentuk pohon yang agak rendah dan melengkung, mirip udang.
Oleh sebab itu, pohon cemara jenis ini diberi nama pohon cemara udang. Karena rindang, cemara tersebut menghilangkan kesan pantai yang biasanya panas. Udara yang mengalir dari pepohonan membuat suasana pantai ini terasa asri dan sejuk.
Dalam cerita di buku Babad Sumenep, disebutkan ada salah satu tokoh asing yang pernah berniat menaklukkan Sumenep. Pada waktu itu, Sumenep diperintah oleh salah satu tokoh legendaris yang bernama Joko Tole alias Ario Kudopanole atau Jaranpanole alias Pangeran Ario Secodiningrat III.
Tokoh asing yang disebut dalam karya pamungkas Raden Musaid atau Raden Werdisastra ini bernama Dempo Awang. Singkat cerita, Dempo Awang yang dalam kisah tersebut memiliki sebuah perahu besar yang bisa terbang itu diluluhlantakkan oleh Joko Tole.
Bahkan, perahunya hancur lebur, dan tiang-tiangnya berhamburan menancap di beberapa lokasi, salah satunya di perempatan Desa Pandian Sumenep (tepatnya di kampung Pelar atau tiang dalam bahasa Indonesianya).
Nah, dalam beberapa cerita tutur masyarakat sekitar Lombang, konon ekspedisi Dempo Awang tersebut memiliki benang merah dengan salah satu kekhasan wisata Lombang, yakni pohon Cemara Udang. Dengan asumsi mereka bahwa sebelumnya tanaman tersebut hanya pernah ada di kawasan Tiongkok.
“Ya para penduduk di sini, seperti penduduk Legung, Dapenda, Lombang yang ada di sekitar Pantai Lombang, Sumenep, Madura yakin kalau tanaman ini berasal dari Cina,” tutur Abdul Aziz salah satu penjual bibit maupun bonsai pohon Cemara Udang di kawasan wisata Pantai Lombang, berapa waktu lalu.
Memang, pada faktanya, Cemara Udang banyak ditemui di wilayah pesisir timur di Madura. Selain bermanfaat mencegah abrasi pantai, cemara ini rupanya bisa disulap menjadi tanaman hias dengan harga sangat fantastis.
Dalam faktanya memang pohon Cemara Udang merupakan tanaman khas yang memiliki banyak kegunaan selain nilai estetikanya. Jika di pesisir pantai efektif sebagai penangkis ombak sekaligus penahan angin pantai, ternyata kendati ditanam di perkotaan juga memiliki manfaat yang tak sedikit.
Seperti membuat teduh pengguna jalan. Pohon ini juga terkesan tak mengotori jalan, karena tekstur daunnya yang beda dengan pohon-pohon penghijau lingkungan lainnya.
“Di samping itu juga, perawatannya tidak susah, pemangkasannya juga paling tidak hanya tiap tahun,” kata H. Kurniadi Widjaja, salah satu pembudi daya pohon ini di Sumenep.
Pantai Badur
Pesisir Badur merupakan salah satu pantai atau pesisir yang menawarkan keindahan alam pantai. Pantai ini tidak jauh jaraknya antara Pantai Slopeng. Nama Badur tersebut di ambil dari nama desa yang ada di lokasi pantai tersebut, yaitu Desa Badur, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep.
Di Pantai Badur pengunjung bisa menikmati keindahan pantai Lombang dan Slopeng sekaligus. Di sisi Timur Pantai Badur bisa dinikmati pesona yang persis dengan Slopeng, lengkap dengan gunungan pasirnya.
Sementara di daerah tengah Pantai Badur kita bisa menemukan pesona eksotika Pantai Lombang yang hampir sama persis dengan Lombang lengkap dengan hamparan pasir yang luas, dan cemara-cemara yang menghiasi pinggirnya.
Di masa kuna, Batuputih sering disebut-sebut sebagai salah satu pusat pemerintahan di Sumenep. Meski pemerhati sejarah masih beradu argumen tentang itu, beberapa tokoh yang dikenal berkedudukan di sini ialah Aria Wiraraja dan Pangeran Ilyas alias Pangeran Batuputih.
Beberapa kesenian lokal juga banyak tumbuh dan hidup di sekitar Pantai Badur. Seperti misalnya Ritual Ojung.
Penulis: Sidi Mufy Imam
Publisher: Kiki Ana Aniz