SUMENEP, SOROTPUBLIK.COM – Tentu merpati yang dimaksud Huda bukan merpati biasa. Merpati itu ialah merpati balap. Dan hal itu bukan omong kosong. Menurut penelusuran sorotpublik.com, dalam sebuah informasi di situs online, ada seekor merpati yag mau dilepas Rp 250 juta. Angka yang begitu fantastis untuk ukuran seekor merpati.
“Padahal jika ke warung lalapan, punya duit Rp 20 ribu saja kita sudah bisa meredakan bunyi perut yang lagi keroncongan. Apalagi dengan uang ratusan juta itu, bisa mengatasi rasa lapar ratusan juta orang,” imbuh Huda, tersenyum.
Namun tidak seperti kambing kerapan, merpati balap ini satu pasang alias dua ekor. Nah, merpati yang seharga Rp 250 juta itu merupakan milik Tim Altus dari kabupaten Sampang, Madura. Dilansir dari detik.com, sepasang merpati itu diberi nama Nippon. Sang pemilik mengaku merogoh Rp 70 juta untuk mendapatkan pasangan dara itu. Hingga kini sudah dua tahun dimiliki, pasangan merpati tersebut selalu menjuarai Liga Jatim sejak 2016.
“Burung merpati saya kira masuk kategori burung tak sepi peminat. Banyak orang yang mencarinya untuk diikutkan lomba balapan,” kata Fatihul Huda.
Mengenai harga merpati balap juga ada yang hanya Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Namun saat berkali-kali juara lomba, harganya ikut naik berkali-kali lipat. Semakin sering juara, semakin tinggi harganya. “Jadi ya, relatif,” kata Huda, panggilan Fatihul Huda.
Karena tidak setiap burung merpati bisa dijadikan peserta balap, tentunya ada merpati yang bagus dan tidak dalam konteks tersebut. Burung Merpati Balap yang bagus berarti siap diadu di segala medan tanpa rasa takut. Cirinya adalah Merpati Balap tersebut tidak mudah menyerah walau harus diadu dengan burung lain.
“Nah, ada cara memilih burung Merpati Balap dengan kualitas bagus, meski cukup membingungkan. Oleh karena itu, kita harus mengetahui ciri-ciri burung Merpati Balap yang berkualitas agar selalu juara lomba,” beber Huda.
Menurut dia, dari banyak sumber, ciri Burung Merpati Balap berkualitas bagus memiliki batok kepala dengan posisi lebih tinggi dibandingkan dengan kepala belakangnya.
“Mengenai hal ini karena burung yang ciri fisiknya demikian, dianggap sebagai tanda bahwa Merpati Balap tersebut lebih pintar dari Merpati berkepala kecil. Otak Merpati yang besar dianggap lebih baik dibandingkan dengan otak yang kecil. Namun masih banyak ciri-ciri lainnya,” jelas Huda.
Pemerhati budaya di Sumenep, R. B. Nurul Hidayat mengatakan, fenomena maraknya lomba balap hewan, seperti salah satunya merpati mengandung unsur positif. Terutama merpati. Karena merpati jika dikaji filosofinya mengandung makna kasih sayang dan perdamaian. Itulah mengapa di zaman dulu merpati biasa menjadi kurir dalam surat menyurat.
“Jadi, memang perlu sembari saling mengingatkan juga. Lomba itu kan secara tak langsung juga memiliki unsur silaturahim. Saling mengenal satu sama lain. Sehingga tidak benar ketika lantas menebar permusuhan ketika ada pihak menang-kalah. Lomba itu seperti main game di android atau PC, kalah, ya main lagi,” kata lulusan TMI al-Amien Prenduan ini.
Oleh karenanya, menurut Gus Nurul, setiap fenomena budaya mesti disikapi secara arif. “Artinya mengambil lebih banyak sisi positif. Dan menghindari tarikan pada hal yang negatif,” tambahnya. (habis)
Penulis: Sidi Mufi Imam
Publisher: Kiki Ana Aniz