Penulis: Ainur/Kiki
SITUBONDO, SOROTPUBLIK.COM – Memasuki awal musim hujan, puluhan orang di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur dilarikan ke RS. Mitra Sehat lantaran positif terjangkit virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan pantauan sorotpublik.com, rata-rata pasien didominasi oleh anak-anak yang masih balita.
Imam Hidayat, owner RS. Mitra Sehat mengungkapkan, perkembangan pasien DBD di Situbondo terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terutama, saat memasuki musim pancaroba.
“Iya, sejak awal bulan Januari 2019 saja, sudah ada sekitar 15-30 pasien yang masuk di rumah sakit ini. Demikian, menunjukkan masyarakat Situbondo yang terkena virus DBD setiap tahunnya mengalami peningkatan,” terangnya, Rabu, (23/01/2019).
Sementara, Dokter Spesialis Anak RS. Mitra Sehat secara teoritis menjelaskan, penyebaran virus DBD tersebut memang berkembang saat peralihan musim. Yakni antara musim kemarau dengan musim hujan.
“Ya, kan musim hujan biasanya ada genangan air. Hal itu membuat bibit nyamuk bertambah banyak, sehingga memungkinkan penyebaran penyakit demam berdarah itu sendiri,” jelas dr. Erfan Hartanto.
Selain itu, kata dr. Ervan, terdapat beberapa gejala awal biasa dialami oleh pasien setelah terinfeksi virus DBD, seperti mual, panas, sakit perut ataupun keluar bintik-bintik. Sedangkan anak yang mudah terserang penyakit DBD, menurutnya adalah anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah.
“Sejauh ini penyakit DBD di Situbondo, kasusnya setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Ya, karena dari daya tahan tubuh anak-anak itu sendiri dari dulu sampai sekarang masih selalu kurang baik,” ungkapnya.
Di sisi lain, Mamik, ibu kandung Azil (12) salah satu pasien asal Kendit, Kecamatan Panarukan mengakui, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan virus DBD. Terutama, kata dia, lingkungan yang tidak bersih.
“Anak saya sudah 6 hari dirawat di rumah sakit ini. Awalnya memang anak saya panas, mual-mual, setalah diperiksa ternyata positif DBD. Namun, alhamdulillah keadaannya sekarang sudah membaik. Terkait faktornya, mungkin karena lingkungan. Kan di rumah saya banyak peceren, mungkin di situ nyamuk-nyamuk pada berkembang biak,” terang Mamik.