Sorotpublik.com – Sumenep, Budaya Sapi Sonok yang muncul Dari Madura juga mempunyai keistimewaan tersendiri seperti Kerapan sapi.
Budaya sapi sonok dimulai dari kebiasaan para petani di Kabupaten Pamekasan dalam merawat sapi ternak mereka. Setiap sore sapi – sapi betina ini dimandikan setelah itu ditali pada tonggak kayu dan kemudian berjejer rapi.
Rupanya hal ini menjadi keisengan para petani untuk melakukan sebuah pemilihan sapi tercantik, termulus dan terbaik. Lambat laun, kontes – kontes kecil inipun berkembang menjadi kontes tingkat desa, kecamatan dan kabupaten dan sejak saat itu sapi – sapi peserta kontes itu dinamai sapi sonok.
Dalam kontes Sapi Sonok ini memang menggunakan sapi betina karena sapi jantan lebih banyak digunakan pada Kerapan Sapi. Jika awalnya kontes Sapi Sonok ini hanya dinilai dari segi fisik saja dengan berjalannya waktu terjadi perubahan dalam penilaian. Selain segi fisik, sepasang sapi betina ini juga akan dinilai dari penampilan aksesorin yang digunakan dan keserasian.
Tidak jauh berbeda dengan Kerapan Sapi rupanya konten Sapi Sonok ini menjadi ajang pamer gengsi antar peserta. Pemenang kontes Sapi Sonok juga tidak kalah dengan Sapi Kerapan dengan harga jual yang melambung tinggi. Harga Sapi Sonok bisa mencapai ratusan juta dan bisa menjadi lebih mahal lagi tergantung dari tingkat kualitasnya.
Jadi tidak heran jika Sapi Sonok juga dipanggil dengan sapi elit di Madura karena harga jualnya yang ratusan juta tersebut. Untuk masalah perawatan sehari – hari rupanya Sapi Sonok tidak jauh berbeda dengan Sapi Kerapan. Untuk bisa menghasilkan sepasang Sapi Sonok yang terbaik dibutuhkan ketelatenan, waktu dan pastinya biaya yang tidak sedikit.
Sebelum bisa tampil di kontes Sapi Sonok, sapi – sapi tersebut telah dilatih sejak usia 3 tahun dengan perlakuan khusus dan nutrisi makanan yang terbaik. Setiap seminggu sekali sapi – sapi tersebut rutin diberi jamu yang telah dicampur dengan sekitar 15 butir telur. Bisa dibayangkan saja selain cantik mempesona sepasang Sapi juga kuat.