Penulis : Nanang
PAMEKASAN, SOROTPUBLIK.COM – Malang sekali nasib Sarimbi (75.th), Janda Tua ini hidup sebatang kara di sebuah gubuk banbu berukuran 4X3 meter di Dusun Pandan Desa Panglegur Kecamatan Kota Pamekasan Madura Jawa Timur.
Sarimbi yang buta mata sebelah, hidup sebagai janda sebatangkara karena tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dulu semasa sehatnya, ia masih bisa bekerja menjadi kuli petani (buruh tani).
Setelah ditinggal pergi suaminya, sarimbi harus berjuang bertahan hidup sendirian dengan kondisi mata buta sebelah dan sebelah matanya yang sudah rabun.
“Saya sudah tinggal sekitar 10 tahun di gubuk ini semenjak ditinggal pergi oleh suami,” kata Sarimbi sambil tersenyum, sabtu (15/07).
Senyum ramah diperlihatkan oleh Sarimbi, saat media sorotpublik.com bersama Ketua Kelompok Pemuda Pemerhati Jalan (KPPJ) Pamekasan, Akhmad Mauzul Nasri. Sarimbi terasa sedikit bercerita tentang kisah hidupnya yang malang. Sembari meneteskan air mata, ia menuturkan bahwa dalam kesehariannya untuk makan saja terkadang tidak ada dan harus berpuasa. Beruntung, masih ada kepedulian dari tetangga dekatnya yang memberinya makanan.
“Ya beginilah nasib hidup dan kondisi saya pak, sudah buta dan sebeleh mata yang menjadi tumpuan penglihatan saya juga sudah rabun Tapi saya bersyukur kepada Allah Swt, karena telah memberi banyak berkah dikehidupan ini meski hanya hidup disebuah gubuk bambu satu-satunya milik saya,” Imbuhnya.
Gubuk derita yang terbuat dari bambu milik Sarimbi, terasa berada di tengah-tengah rumput ilalang dalam kawasan perumahan padat penduduk.
Masuk ke bagian dalam gubuk, kondisinya cukup mengkhawatirkan. Tampa lemari dan tempat tidur yang layak, yang ada hanyalah tempat beristirahat yang terbuat dari bambu yang penuh dengan tumpukan barang bekas hasil ia memulung. Di dalam ruangan rumahnya tampak gelap tidak ada sedikit pun cahaya. Wajar saja, tidak ada celah ventilasi.
Semasa hidupnya, Tarsa memang tidak pernah tinggal di tempat nyaman. Dia hanya tinggal di gubuk bambu di atas tanah milik orang lain.
“Buk Sarimbi yang saya kenal sudah seperti ini, saya sangat prihatin karena pihak pemerintah daerah setempat kurang memperhatikan keberadaanya,” Kata Akhmad Mauzul Nasri.
Mauzul menambahkan, Buk Sarimbi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mencari barang-barang bekas yang kemudian dijual kepada pengepul. Walaupun kondisi tubuhnya yang sudah renta, sarimbi tidak mau hidup mengandalkan belas kasih orang.